Sabang
1923
Rumah sakit jiwa di Sabang di pulau Weh didirikan pada bulan September 1923. Itu adalah rumah sakit jiwa keempat yang didirikan di Hindia Belanda, sebuah rumah sakit umum yang berada di bawah kendali pemerintah. Krankzinnigengesticht Sabang memiliki 1222 tempat tidur pada tahun 1930 (Indisch Verslag 1930). Rumah Sakit ini didesain oleh Arsitek Pieter M. Van Der Veen. Ada beberapa dokter jiwa yang membaktikan dirinya di rumah sakit ini, diantaranya adalah Prof. Dr. J. A. Llatumeten (1924-1929), dr. Wasenhagen (1932-1934), dan dr. Colon (Direktur terakhir rumah sakit ini, dipancung oleh tentara Jepang di desa Batee Shok). Pada masa pendudukan Jepang, rumah sakit ini menjadi barak militer tentara Jepang.
Informasi lebih lanjut dapat diperoleh dari publikasi “Sumatraanse indrukken”, sebuah dokumen yang memberikan pertimbangan luas dari seorang psikiater.
Literatur modern (David Kloos: Colonial Pathologies and Racial Injustice) menyebutkan “Atjeh murders” yang misterius: Beberapa orang Aceh melanjutkan ‘perang suci’ (Perang Fisabilillah/Jihad) mereka secara individu dengan menyerang orang Eropa dengan harapan dibunuh dalam aksi tersebut dan mati sebagai syuhada. Penulis menjelaskan: ”karena Belanda tidak benar-benar memahami serangan-serangan tersebut, mereka menganggapnya sebagai patologi. Pembunuhan-pembunuhan tersebut dibingkai sebagai gejala dari kondisi rasial, hasil dari degenerasi mental orang Aceh selama berabad-abad.”
Pada tahun 1923, rumah sakit jiwa terbesar di Hindia Belanda dibangun sebagai tanggapan terhadap serangan-serangan tersebut dan berdasarkan saran dari para etnolog dan psikiater. Dan demikianlah pembangunan rumah sakit besar dimulai pada tahun 1923 di pulau Weh (Pulau Weh). Pada akhir tahun tersebut terdapat pendirian untuk 1100 orang gila, kemudian bahkan untuk 1400 pasien. Ribuan orang dipenjarakan dan 'diobati' di sana secara paksa. Bangunan-bangunan tersebut masih ada hingga kini, tetapi tidak lagi digunakan sebagai rumah sakit jiwa.
Saat ini (2024) bangunan-bangunan tersebut masih ada, tetapi fungsi sebagai rumah sakit jiwa itu sendiri telah berubah menjadi Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Jend. Lilipory Sabang, sedangkan rumah sakit yang berfungsi sebagai rumah sakit jiwa telah dipindahkan ke Kota Banda Aceh (dahulu: Koetaradja). Rumah sakit tersebut disebut Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh, merupakan bagian dari pelayanan kesehatan provinsi dan diklasifikasikan sebagai rumah sakit Kategori A.
Editor: Zulfikri
Sumber:
historicalhospitals.com
Sabang Heritage Society
Grote Atlas van Nederlandsch Oost-Indie, halaman 77 kanan atas
Gonggryp (1934): 'Groot-Atjeh', afdeling van het gouvernement Atjeh en Onderhoorigheden, onder een assistent-resident Hoofdplaats Koetaradja. De afdeling bestaat uit 4 onderafdelingen: 1. Koetaradja; 2. Lhonga; 3. Seulimeum; 4. Sabang. De hele afdeling bestaat uit rechtstreeks bestuurd gebied en telt ongeveer 132000 inwoners, w.o. bijna 1600 Europeanen en bijna 6000 Chinezen.’