Banda Aceh
1998
Tugu 'Tentara Pelajar' (Saat ini bernama Tugu Pena) adalah sebuah monumen yang dibangun untuk mengenang perjuangan pelajar Aceh melawan penjajah. Monumen ini didirikan untuk menginspirasi generasi muda agar terus menambah ilmu pengetahuan, yang simbolisasinya tercermin dalam lambang pena di puncak tugu. Tugu ini memiliki tinggi 17 meter dan diameter dasar 45 meter, mencerminkan nilai-nilai filosofis, idealisme, heroisme, loyalitas, serta semangat persatuan dan kesatuan dari para pejuang pelajar.
Tugu tersebut dibangun atas prakarsa eks Tentara Pelajar Aceh, dipimpin oleh Amran Zamzami dengan Arsitek Kamal Arif, dan diresmikan oleh Gubernur Aceh, Syamsuddin Mahmud, pada tahun 1998. Menurut buku "Banda Aceh Heritage", Tentara Pelajar Aceh (TPA) berawal dari inisiatif murid-murid sekolah menengah Koetaradja yang membentuk Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) Aceh pada Mei 1946, yang kemudian berjuang untuk kedaulatan Indonesia.
Lokasi tugu ini berada di persimpangan yang dikenal sebagai Simpang Mesra. Menurut Rusdi Sufa, Sejarawan Aceh, mengatakan lokasi ini disebut Simpang Mesra karena putarannya yang terlalu melengkung. Jika pengendara sepeda motor melewati jalan ini, maka orang yang dibonceng mau tidak mau harus bersandar atau berpegangan erat pada pengemudi sepeda motor. Sehingga setiap orang yang melalui persimpangan tersebut dipaksakan "mesra" menurut keadaan.
“Sekitaran tahun 80-an lah istilah ini menjadi sebutan bagi masyarakat Aceh yang hingga saat ini masih dengan sebutan tersebut. Dulu ketika orang melewati simpang ini, jika ada istri di belakang memeluk suaminya karena lengkungnya putaran simpang.” kata Rusdi yang juga tercatat sebagai Dosen Sejarah FKIP.
Informasi lainnya juga menyebutkan sejarah awal penamaan Simpang Mesra. Konon di era 80-an, Darussalam dijejali dengan bus produksi Jerman sebagai moda transportasi mahasiswa. Bus ini memiliki tubuh yang lebar dan disebut dengan "Robur atau Lobur".
Pada masanya, bus ini menjadi sarana transportasi populer bagi mahasiswa menuju kampus di Darussalam. Selain biayanya murah, bus ini juga kerap disasar para mahasiswa pria lantaran melewati bundaran yang kemudian dikenal Simpang Mesra. Pasalnya, setiap kali bus berbadan besar dan panjang tersebut melewati bundaran ini, maka penumpang yang duduk maupun berdiri di dalam robur akan mengikuti arah badan mobil. Dengan kata lain, mau tidak mau, penumpang akan saling berdempetan antara sesama. Baik itu penumpang pria maupun wanita.
Sejak adanya robur tersebut, nama persimpangan yang terdapat Tugu Tentara Pelajar ini kian santer dikenal dengan Simpang Mesra. Kondektur alias kernet bus Robur juga sering menyebutnya dengan Simpang Mesra.
Kini, bus Robur sudah tidak beroperasi lagi karena usia dan adanya kendaraan umum yang lebih modern. Namun, sisa-sisa kejayaan bus Robur masih bisa ditemukan di dekat Klinik Pratama USK, di mana terdapat satu unit bus tersebut yang dibiarkan terbengkalai.
Editor: Zulfikri
Sumber:
Banda Aceh Tourism “mengenang tentara pelajar di simpang mesra” diakses dari http://www.bandaacehtourism.com/objek-wisata/sejarah/mengenang-tentara-pelajar-di-simpang-mesra/#.WBWABvRUPIU pada tanggal 31 Oktober 2016 pukul 15:15 WIB.
Portal Satu “kenapa ada simpang mesra di banda aceh” diakses dari http://portalsatu.com/berita/kenapa-ada-simpang-mesra-di-banda-aceh-2286 pada tanggal 31 Oktober 2016 pukul 15:12 WIB.
https://berdendangnusantara.blogspot.com/2018/06/mahasiswa-baru-wajib-tau-sejarah-nama.html